Beranda | Artikel
Ketika Mendoakan Di Sosmed Hanya Copy-Paste
Jumat, 24 Juli 2015

Di zaman ini, sosial media berkembang dengan pesat dan menjadi semacam kebutuhan utama. Mungkin ucapan selamat dan doa sering sekali kita jumpai melalui media sosial. Ucapan selamat dan doa terkadang menggunakan copy-paste yang memang mudah dan cepat. Namun perlu kita perhatikan, untuk doa-doa Islami hendaknya jangan hanya sekedar copy-paste saja. sebaiknya benar-benar niatnya tulus dan ikhlas dalam mendoakan. Bukan sekedar formalitas atau meramaikan suasana sosmed saja.

Memang benar bahwa “kedudukan tulisan sebagaimana ucapan”. Sebagaimana Kaidah  ulama

الكتابة تنزل منزلة القول.

“Kedudukan tulisan sama dengan ucapan”

Sehingga doa dengan tulisan yang copy-paste insyaAllah bisa mewakili. Bila sebelumnya niatnya hanya formalitas dan sekedar copy-paste dengan cepat , ada baiknya juga  kalau doa tersebut kita ucapkan, sambil mengangkat tangan berdoa serta melakukan hal-hal yang bisa lebih memustajabkan doa, jika memang ingin berdoa. Artinya tentu lebih baik lagi kita berdoa lagi dengan ucapan.

Sekali lagi ini bukan berarti tidak boleh berdoa dengan tulisan copy-paste, tetapi kadang copy-paste bisa jadi sekedar formalitas saja sedangkan hati tidak berniat mendoakan atau kurang ikhlas.

Tidak berdoa dengan “mbatin” dalam hati saja

Karena yang namanya berdoa dan dzikir harus diucapkan dan paling minimal bibir bergerak dengan suara yang mungkin hanya kita saja yang mendengarnya. Jika “mbatin’ dalam hati saja, maka ini tidak terhitung berdoa tetapi bisa mendapat pahala karena ketergantungan hati kepada Allah.

Berdoa dan berdzikir harus menggerakkan bibir dan lisan. Allah Ta’ala berfirman,

لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (berdzikir/ membaca Al Qur’an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya .” (AL-Qiyamah: 16)

Ibnu Rusyd menjelasakan,

عن الإمام مالك رحمه الله أنه سئل عن الذي يقرأ في الصلاة ، لا يُسْمِعُ أحداً ولا نفسَه ، ولا يحرك به لساناً . فقال :

” ليست هذه قراءة ، وإنما القراءة ما حرك له اللسان ” انتهى .

“Imam Malik rahimahullah ditanya mengenai orang yang membaca dalam shalat (termasuk berdzikir), suaranya tidak didengar oleh seorangpun dan tidak juga dirinya, ia tidakmenggerakkan lisannya, maka Imam Malik berkata,

“Ini bukan termasuk membaca (berdzikir), berdzikir itu dengan menggerakkan lisan[1]

Al-Kasani rahimahullah berkata,

القراءة لا تكون إلا بتحريك اللسان بالحروف ، ألا ترى أن المصلي القادر على القراءة إذا لم يحرك لسانه بالحروف لا تجوز صلاته

Membaca (berdzikir) harus dengan menggerakkan lisan (mengucapkan) huruf-huruf. Jika engkau melihat seseorang shalat, ia mampu membaca akan tetapi ia tidak menggerakkan  lisannya (mengucapkan) huruf-huruf, maka tidak sah shalatnya.”[2]

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,

لا بد من تحريك اللسان، ولا بد من صوت، وإلا ما يسمى قارئ، من قرأ في قلبه فقط ما يسمى قارئ، لا بد من شيء عند القراءة والذكر حتى يسمى ذاكراً، ويسمى قارئاً، ولا يكون ذلك إلا باللسان، لا بد من كونه يسمع نفسه، إلا إذا كان به صمم، فهو معذور،

“Berdzikir itu harus menggerakan lisan dan harus bersuara, minimal didengar oleh diri sendiri. Orang yang membaca di dalam hati (dalam bahasa arab) tidak dikatakan Qaari. Orang yang membaca tidak dapat dikatakan sedang berdzikir atau sedang membaca Al Quran kecuali dengan lisan. Minimal didengar dirinya sendiri. Kecuali jika ia bisu, maka ini ditoleransi”[3]

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
” القراءة لابد أن تكون باللسان ، فإذا قرأ الإنسان بقلبه في الصلاة فإن ذلك لا يجزئه ، وكذلك أيضاً سائر الأذكار ، لا تجزئ بالقلب ، بل لابد أن يحرك الإنسان بها لسانه وشفتيه ؛ لأنها أقوال ، ولا تتحقق إلا بتحريك اللسان والشفتين ” انتهى .
Qira’ah itu harus dengan lisan. Jika seseorang membaca bacaan-bacaan shalat dengan hati saja, ini tidak dibolehkan. Demikian juga bacaan-bacaan yang lain, tidak boleh hanya dengan hati. Namun harus menggerakan lisan dan bibirnya, barulah disebut sebagai aqwal (perkataan). Dan tidak dapat dikatakan aqwal, jika tanpa lisan dan bergeraknya bibir” [4]

 

Maksud dzikir dengan hati

Yang dimaksud dengan “dzikir hati”. Maksudnya adalah dzikir dengan mengingat, merenungi dan memikirkan kebesaran Allah. Bukan dzikir “mbatin”, yaitu doa dalam hati saja.

Para ulama membagi dzikir menjadi dua: dzikir lisan dan dzikir hati (ada yang menambahkan dengan dzikir anggota badan).

syaikhul Islam Ibnu Taiimiyyah rahimahullah berkata,

النَّاسَ فِي الذِّكْرِ أَرْبَعُ طَبَقَاتٍ : إحْدَاهَا : الذِّكْرُ بِالْقَلْبِ وَاللِّسَانِ وَهُوَ الْمَأْمُورُ بِهِ

“Manusia dalam hal dzikir ada 4 tingkatan, yang pertama dzikir dengan hati dan lisan, maka ini diperintahkan.”[5]

Maksud dzikir hati dijelaskan oleh syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah,beliau berkata,

وصفة الذِّكر بالقلب : التفكر في آيات الله ، ومحبته ، وتعظيمه ، والإنابة إليه ، والخوف منه ، والتوكل عليه ، وما إلى ذلك من أعمال القلوب .

“Tata cara berdzikir dengan hati (dzikir hati) adalah merenungi ayat-ayat Allah, mencintai-Nya, mengagungkan-Nya, dan kembali kepada-Nya, takut, tawakkal dan lain-lainya berupa amalan hati.”[6]

 

Demikian semoga bermanfaat

@Markaz YPIA, Yogyakarta tercinta

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

silahkan like fanspage FB , Follow facebook dan   follow twitter

 

[1] Al-Bayan waat Tahsil 1/491, Darul gharbil Islamiy, cet. II, 1408 H, syamilah

[2] Badhai’us Shana’i 3/55, darul Kutub Al-‘Ilmiyah, cet. II, 1406 H, syamilah

[3] Sumber: http://www.ibnbaz.org.sa/mat/10456

[4] Majmu’ Fatawa Ibnu ‘Utsaimin, 13/156

[5] Majmu’ Al-Fatawa 10/556, Majma’ Malik Fahd, 1416 H, syamilah

[6] Tafsir surat Al-Baqarah, 2/167-168


Artikel asli: https://muslimafiyah.com/ketika-mendoakan-di-sosmed-hanya-copy-paste.html